Bagaimana cara kerja REDD?
Pengurangan emisi atau deforestasi yang dihindari diperhitungkan
sebagai kredit. Jumlah kredit karbon yang diperoleh dalam waktu tertentu
dapat dijual di pasar karbon. Sebagai alternatif, kredit yang diperoleh
dapat diserahkan ke lembaga pendanaan yang dibentuk untuk menyediakan
kompensasi finansial bagi negara negara peserta yang melakukan
konservasi hutannya. Skema REDD memperbolehkan konservasi hutan untuk
berkompetisi secara ekonomis dengan berbagai kegiatan ekonomi lainnya
yang memicu deforestasi. Pemicu tersebut saat ini menyebabkan terjadinya
pembalakan yang merusak dan konversi hutan untuk penggunaan lainnya,
seperti padang penggembalaan ternak, lahan pertanian, dan perkebunan.
Adakah tantangan yang akan dihadapi skema REDD?
Ada empat tantangan yang dapat diidentifikasi :
• Teknologi penghitungan karbon
Untuk memberikan nilai bagi sebidang lahan berhutan yang berpotensi
menyimpan karbon, kita harus dapat menghitung secara tepat berapa banyak
jumlah karbon yang tersimpan. Teknologi baru seperti citra satelit dan
pembuatan model computer akan memudahkan penghitungan cadangan karbon
secara tepat dan cepat. Sistem yang transparan untuk melakukan
penghitungan dan verifikasi pengurangan emisi saat ini sudah banyak
tersedia. Pertanyaannya, terjangkau dan ekonomiskan teknologi ini?
• Pembayaran
Bagaimana cara suatu negara dapat memperoleh pembayaran dan dalam
bentuk apa pembayaran itu diberikan? Siapa yang nantinya akan menerima
pembayaran untuk upaya melindungi kawasan hutan tertentu : Pemerintah
nasional, masyarakat lokal sekitar hutan atau perusahaan kayu? Negara
donor menghendaki agar pembayaran dapat bermanfaat bagi masyarakat yang
kurang mampu
• Akuntabilitas
Jika pembayaran REDD dilakukan, namun hutan tetap saja dirusak, apa
yang akan terjadi? Akuntabilitas terkait dengan jaminan bahwa pembayaran
karbon dapat mewujudkan perlindungan hutan berkelanjutan.
• Pendanaan
Kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Apakah sebaiknya negara maju
menyediakan dana untuk memberikan penghargaan bagi negara-negara yang
dapat mengurangi emisinya dari deforestasi? Atau apakah sebaiknya
pengurangan emisi ini dikaitkan dengan sistem perdagangan karbon yang
berbasis pasar? Kita perlu mencari sistem pasar yang paling sesuai.
Peneliti dan para pembuat kebijakan mulai menyadari bahwa skema REDD
tidak akan menjadi solusi yang cocok untuk semua keadaan di setiap
negara. Cara terbaik yang mungkin dilakukan dalam merancang dan
menerapkan REDD secara global adalah memberikan kesempatan bagi
negara-negara peserta untuk melakukannya secara paralel dengan berbagai
model yang berbeda. Dengan cara ini, diharapkan akan muncul berbagai
skema baru sehingga tiap negara dapat memilih model yang paling cocok
dan dapat diadopsi untuk situasi dan kondisi mereka masing-masing.
Bagaimana dengan hak dan pendapat penduduk asli yang hidup dan mata pencahariannya bergantung pada hutan?
Penduduk asli dan masyarakat tradisional memainkan peran penting
dalam proses ini. Diperlukan upaya yang lebih banyak lagi untuk menjamin
bahwa lahan dan hak mereka terhadap sumberdaya diakui. Pejabat
pemerintah, perusahaan swasta atau elite lokal dapat tergoda
untuk mengambil alih pembayaran jasa karbon melalui system penilaian
hutan yang baru ini dari masyarakat lokal apabila hak kepemilikan lahan
masyarakat asli tidak dijamin. Perancang REDD harus sepenuhnya
memperhatikan hak masyarakat di dalam dan di sekitar hutan yang sah
sebelum mengambil tindakan untuk mengurangi emisi karbon berbasis hutan.
Imbal balik antara pengurangan emisi karbon dan pengentasan kemiskinan
mungkin diperlukan. Hak masyarakat lokal untuk memanfaatkan hutan harus
diseimbangkan dengan tujuan masyarakat internasional dalam mengatasi
perubahan iklim.
Apa yang menjadikan REDD masuk dalam agenda global?
Konferensi Para Pihak Konvensi Perubahan Iklim ke-13 (COP 13) di Bali pada tahun 2007 menghasilkan Rencana Aksi Bali (Bali Action Plan),
sebuah rencana atau peta jalan negosiasi strategi iklim global untuk
melanjutkan Protokol Kyoto. Rencana ini mengakui pentingnya hutan dalam
mengatasi perubahan iklim dan besarnya potensi yang terkandung dalam
REDD. Inisiatif REDD dalam mitigasi perubahan iklim dapat memberikan
berbagai macam manfaat dan keuntungan lain yang menyertainya. Termasuk
di dalamnya adalah manfaat untuk memberikan perlindungan bagi jasa
lingkungan yang disediakan oleh hutan, meningkatkan penghidupan
masyarakat sekitar hutan dan memperjelas hak kepemilikan lahan.
Perjanjian Kopenhagen secara terbuka menyebutkan REDD-plus sebagai
bagian dari portofolio mitigasi iklim untuk diimplementasikan di bawah
perjanjian pasca Kyoto.
Apakah hasil dari negosiasi UNFCCC di Kopenhagen?
Hasilnya untuk REDD masih belum lengkap. Meskipun beberapa kemajuan
sudah dibuat, namun kelemahan-kelemahan penting masih terjadi terutama
mengenai kesesuaian target. Perjanjian Kopenhagen telah meneguhkan
sebuah tonggak. Inilah perjanjian internasional pertama yang
merekomendasikan bahwa sumber pendanaan perlu dikumpulkan untuk
mendukung REDD-plus. Australia, Perancis, Jepang, Norwegia, Inggris dan
Amerika Serikat telah menawarkan paket bantuan sebesar 3,5 triliun USD
untuk persiapan REDD. Perjanjian tersebut juga menerangkan beberapa poin
teknis yang dapat menyediakan dukungan yang dibutuhkan oleh
negara-negara yang berminat untuk bergabung segera. Namun demikian,
masih ada beberapa isu yang belum tuntas, termasuk referensi terhadap
emisi dan usaha-usaha di tingkat subnasional. Ini merupakan isu penting
bagi negara-negara yang memiliki hutan yang luas dengan tipe yang
beragam yang mengalami tekanan yang berbeda-beda—seperti Indonesia dan
Brazil. Isu-isu ini juga penting bagi negara-negara yang sedang
mengalami pemberontakan/kekacauan dimana pemerintah tidak selalu
memiliki kendali penuh atas semua lahan di negaranya. Isu lain yang juga
perlu diatasi misalnya perlindungan hak-hak penduduk asli dan
masyarakat lokal. Salah satu titik kelemahan terbesar adalah minimnya
target, baik itu untuk pengurangan emisi maupun untuk sumber pendanaan.
Kelemahan dari perjanjian ini dapat mengaburkan apa yang ingin dicapai
dari kerja sama antara negara berkembang dan negara maju dalam kaitannya
dengan REDD.
Sebagian orang membicarakan tentang REDD-plus. Apakah itu?
Satu tahun setelah Rencana Aksi Bali disetujui, para juru runding
mengadakan pertemuan kembali di PoznaĆ, Polandia. Mereka mencapai
konsensus umum bahwa kegiatan REDD sebaiknya diperluas. REDD-plus
menambahkan tiga areal strategis terhadap dua hal yang telah ditetapkan
sebelumnya di Bali. Kelima hal tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi
dari deforestasi dan degradasi hutan di negara negara berkembang.
Dua
ketetapan awal REDD adalah:
• mengurangi emisi dari deforestasi dan
• mengurangi emisi dari degradasi hutan
Beberapa strategi yang ditambahkan untuk mengurangi emisi melalui:
• peranan konservasi
• pengelolaan hutan secara lestari
• peningkatan cadangan karbon hutan
Definisi yang lebih luas ini memudahkan negara-negara lain untuk ikut
berpartisipasi Banyak pihak dengan kondisi nasional yang berbeda dapat
dilibatkan ke dalam kerangka yang akan datang.
Siapa yang memperoleh keuntungan dari REDD-plus?
Ketika REDD pertama kali dicanangkan di COP 13 pada tahun 2007, ide
tersebut sangat diminati oleh negara-negara dengan laju deforestasi yang
tinggi. Negara-negara tersebut memiliki potensi terbesar untuk secara
signifikan mengurangi emisi dari hilangnya hutan dan untuk memperoleh
keuntungan terbesar jika mereka dapat melakukannya.
Di bawah skema REDD-plus yang lebih luas, negara-negara yang secara
efektif sudah melindungi hutannya juga dapat memperoleh keuntungan.
Praktek yang diterapkan secara berkelanjutan yang dapat membantu
masyarakat miskin. Contohnya perusahaan kayu yang memberikan akses
kepada masyarakat lokal untuk dapat memanfaatkan hutan, juga akan diakui
dan diberi penghargaan. Inisiatif penghijauan di kawasan hutan yang
gundul dan terdegradasi juga akan dipertimbangkan. Jika REDD-plus dibawa
ke meja perundingan, akan lebih banyak negara yang mendukung atau
meratifikasi kesepakatan di masa yang akan datang. Bagaimanapun juga,
REDD-plus memerlukan kerangka kerja yang lebih rumit untuk
mengakomodasikan seluruh kategori dan dapat menyebabkan terjadinya biaya
transaksi dan implementasi yang lebih besar.
Siapa yang mencoba untuk mengatasi tantangan teknis REDD-plus dan bagaimana caranya?
Dua inisiatif global sedang dilakukan untuk membantu negara-negara
berkembang mengimplementasikan mekanisme REDD-plus di masa yang akan
datang:
- Program REDD PBB (UN-REDD), menawarkan dukungan secara ekstensif bagi negara berkembang untuk menghadapi isu deforestasi dan degradasi hutan. Program tersebut menawarkan pembangunan kapasitas, membantu merancang strategi nasional dan menguji pendekatan nasional serta perencanaan kelembagaan untuk mengawasi dan melakukan verifikasi pengurangan hilangnya hutan. UN-REDD beroperasi di sembilan negara: Bolivia, Republik Demokratik Kongo, Indonesia, Panama, Papua Nugini, Paraguay, Tanzania, Vietnam dan Zambia. Proyek percontohan sudah dimulai di beberapa kawasan hutan tropis dan akan dilakukan kajian secara khusus bagaimana praktek REDD akan berhasil dalam penerapannya.
- Bank Dunia mengkoordinasikan inisiatif berupa Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan (Forest Carbon Partnership Facility, FCPF). Serupa dengan UN-REDD, namun dalam skala dan partisipasi yang lebih besar. Program ini direncanakan beroperasi di 37 negara: Argentina, Bolivia, Chili, Costa Rica, Ekuatorial Guinea, El Salvador, Etiopia, Gabon, Ghana, Guatemala, Guyana, Honduras, Indonesia, Kamboja, Kamerun, Kenya, Kolombia, Liberia, Madagaskar, Meksiko, Mozambik, Nepal, Nikaragua, Panama, Papua Nugini, Paraguay, Peru, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Republik Demokratik Laos, Suriname, Tanzania, Thailand, Uganda, Vanuatu dan Vietnam.
Kedua inisiatif akan mengkoordinasikan misinya ketika diterapkan di
negara yang sama dan melaksanakan pertemuan mengenai kebijakan-kebijakan
mereka secara bersama-sama agar para peserta dapat saling bertukar
informasi. Kedua inisiatif juga memiliki beberapa aktivitas percontohan
REDD yang sedang berjalan di berbagai negara dalam rangka memberikan
pemahaman tentang implementasi REDD dan menguji bagaimana REDD dapat
dilaksanakan dengan menggunakan berbagai pendekatan. Kemajuan dan hasil
dari inisiatif tersebut akan membantu para juru runding UNFCC dalam
menentukan apakah emisi CO2 yang berkaitan dengan hutan dapat dihitung
dan apakah mekanisme REDD yang diusulkan dapat dilaksanakan.
Berapakah biaya REDD-plus?
Menurut Stern Review on the Economics of Climate Change,
dana yang dibutuhkan untuk memotong hingga setengah emisi dari sektor
hutan sampai dengan tahun 2030 dapat berkisar antara $17 milyar dan $33
milyar per tahun.
Darimana uang tersebut diperoleh?
Uang dapat secara langsung berasal dari skema pendanaan internasional
atau program pemerintah nasional. Sebagian dana sudah tersedia bagi
proyek percontohan REDD melalui pasar karbon secara sukarela, namun
sebagian besar uang yang akan disalurkan melalui pasar atau dana baru
sebagai hasil negosiasi UNFCCC belum akan tersedia dalam beberapa tahun
mendatang.